Beberapa hari selepas pulang, kini harus kembali ke peraduan tempat ngangsu ilmu, juga belajar golek sangu, ada perasaan rindu.
Ya wajar. Sosok yang baru dikenal dekat akan menjadi calon, itu tetanggaku. Setelah 7 tahun melepas masa jomblo, akhirnya menemukan calon tambatan hati yang cukup uwuuuw.
Kota Malang adalah tempat penuh perjuangan, sosok anak desa tak punya banyak harta. Berjuang menggapai mimpi dengan terus belajar dan berdoa.
Jum’at, 14 Januari 2022 bertepatan H-3 menuju lamaran menjemput pagi dengan khataman bersama kiai. Penuh khidmat, meskipun ngantuk. Karena harus melekan, eh lebih tepatnya tidak bisa terlepas sampek jam 02.00. Menyelesaikan tulisan uhuy.💐
Berangkat mencari rezeki tak pasti harus jam berapa. Soalnya bukan anak kantoran, atau kedinasan. Jadi berangkat sak wayah wayah.
Mampir ke kantor yang berada di Jalan MT Hariyono, tepatnya di depan Mc Donald sampingnya Kampus Unibraw. Disambut hangat oleh senior kantor. Ada penawaran dari manajemen kantor untuk berkarir di Tulungagung atau Trenggalek.
Cukup lega mendapat tawaran tersebut, bergegaslah bergeser ke warung kopi belakang DPRD Kota Malang —tempat nongkrongnya teman-teman jurnalis sekadar mengerjakan berita atau hanya diskusi tipis-tipis. Emak Tiamah warungnya.
Warung pinggir jalan, tapi seringnya persen air putih “Cleo” hehehe. Karena butuh minum air putih ketimbang kopi. Kadang pesan kopi dan air putih..hehehe.
Bertemu dengan salah satu wartawan nasional. Berdiskusi soal menikah muda.
Awalnya agak tak pancing.
“Samean bien nikah umur piro mas?”
“26 tahun jaz.”
“Yoopo mas.”
“Sido arep rabi a jaz?.”
“hehe.. dongane ae mas,”
Ya berbagi lah, sharing-sharing ilmu baru. Paling tidak, sebelum mengarungi bahtera rumah tangga🏚️ Sedikit banyak tahu ilmunya. Ilmu kehidupan tak bertepi.
Beberapa poin yang aku tangkap perbincangan kurang lebih 30 menitan.
Jadi begini :
Menikah bukan hanya aku dan kamu. Tapi menyatukan dua keluarga yang berbeda, sifat, adat, maupun kebiasaan.
Dari situ kita harus bisa menempatkan diri, mencari jalan tengah, tidak egois dengan pendirian.
Soal ekonomi,💸 atau gaji. Tinggal kesepakatan, bisa dikasih semua, sebagian atau seperti apa. Yang penting sama tahu sama lain.
Pintar-pintar, harus punya tabungan. Karena lak pas gak nyekel duit, howone pengen nesu🔥hehehe.
Ketika ada masalah, kalau bisa jangan diumbar, karena itu adalah aib keluarga.
Termasuk dalam media sosial📲, kalau bisa jangan terlalu diumbar dalam media sosial.
Kamu memutuskan untuk menikahinya, berarti harus tahu dan bersedia dengan segala keadaan.
Laki-laki harus bisa membimbing.
Kalau bisa punya lahan, atau aset. Bene kalau orang lain berkata apa, kendaraan bisa dipikir belakangan. Karena kalau kepingin mandiri dan punya tantangan bisa hidup sendiri.
Tetep memperlakukan mertua sama orang tua sendiri.
Bukan soal materi untuk harus nyambangi ke orang tua, beliau disambangi saja sudah bungah.
Sehingga tidak usah terlalu ngoyo, seadanya. Beliau pasti mengerti.
Mas wartawan tersebut juga menceritakan, pengalaman mbaknya yang belum menikah, dan dirinya sudah punya pasangan ingin segera menikah.
Dalam adat Jawa tidak boleh melangkahi mbaknya. Karena orang tuanya tidak menggunakan adat Jawa.
Akhirnya kejadian, nikah Mbak sebelum lebaran, nikahnya dia setelah lebaran. Berakhir pegatan.
Dari situ, karena dia orang aktivis dan juga agamis mencoba menarik ulur. Ternyata dilihat dari sisi psikologis ada benarnya Adat Jawa.
Ketika dua saudara menikah tidak ada jarak 1 tahun, otomatis akan membanding-bandingkan. Meskipun tak diucapkan.
“Kok belum hamil?”
“Kok usahanya belum sukses?”
Itu hanya sebatas terlintas dalam hati.
Belum lagi ketika keluar dari mulut keluarga atau tetangga sampai bertanya
Pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Betapa akan membuat kemelut di keluarga🔥meskipun seduluran. Adik kakak.
***
Sore itu aku berniat pamitan dengan ustadz wali kelas. Sowanlah aku ke salah satu ustadz yang juga senior. Lulusan mulai Kajen, Sarang, sampai Mranggen Jawa Tengah.
Selian hafidz, beliau juga lulusan kampus pendidikan di Malang. Daya ingatnya beliau masih kuat di usia pensiun.
Saat ini mengajar juga ilmu mantiq, pun dalam ilmu fiqih yang lumayan nglontok (hafal diluar kepala, red).
Beberapa point yang aku tangkap dan ingat sebagai berikut :
Calon e wedok-wedok tenan. Ya ngunu kui lah, mbayangne uripe wong. Soale lak terlalu idealis tambah gelo.
Kakean idealis, wes pokok e wong wedok sembahyang. :v
Sak sampurnane-sampurnane wong wedok pasti enek kekurangan e. Kok jaluk idealisme, akeh gelone.
Nikah kui mesti usume rabi ya ngunu kui, kerjasama karo wong liyo, mesti enek setujune enek sing ora setujune wes ngunu kui.
Sing penting wes dihadapi, sabar, wes ngunu tok ae.
Sing apik tetep dipertahankan. Khilaf (perbedaan) e wong pasti ono diantara wong, beda sifat, beda karakter, dihadepi ngunu tok ae.
Ora usah dipikir dowo-dowo🤭
Ngapunten kulo Kepingin membatasi bertemu?
Yo pokok e dibatasi.
Wes mari kuliahe, madrasah ya wes mari. Beres kabeh! Wes wayae.
Awal Desember jarang masuk wira-wiri,
Ya wes ra popo, ya ngunu kui jenenge wong urip.
Ono rintangan-rintangan wes ngunu kui dihadapi ae. Sakmampune.
Yo kui mau.
Lak idealis garai loro ati.
Begitulah kiranya pesan-pesan beliau. Simple, lugas, dan gak muluk-muluk. Dhawuh-dhawuh Ustadz Asrukhin tidak jauh berbeda dengan Gus Baha’.
Masuk akal, mengena, dan tak jarang logika yang dibangun sangat sederhana, dan tidak muluk-muluk. Sesekali, sering malahan diselingi dengan guyonan ala fiqih.