40 hari kemangkatan bapak diperingati dengan khataman Al-Qur’an ber delapan sekaligus aku ikut beberapa juz baca.
Awalnya aku belum bisa join, karena h-5 informasi khataman kitab Jauharul Maknun oleh Romo KH Ahmad Muhammad Arif Yahya masih belum pasti, antara hari Ahad, atau Jum’at depan.
Sudah ku pesan tiket terjadwal 13.00 hingga sampai stasiun Tulungagung pukul 16.00. Praktis tidak bisa hurmat khataman. Tapi tidak dengan skenarioNya, H-1 abdi ndalem memberikan kabar bahwa positif Jum’at depan untuk khataman di penghujung kelas III Ulya.
Sebelumnya sudah sowan pulang ya. Bentuk adabnya seorang murid kepada guru, tentu sejalan tertib keamanan, heheh.
Kuputuskan untuk pulang naik bus. Dini hari, ada bus Harapan Baru dari Banyuwangi arah langsung Trenggalek. Lumayan, jam malam terasa singkat sampai-sampai terlelap sudah sampai perbatasan dekat rumah. Karena gubuknya Emak yang selama ini kami tinggali berdekatan dengan Kabupaten sebelah, Tulungagung.
Rasanya kasmaran gimana ya, ya tahu sendirilah. Aku sih biasa —mungkin dianya yang berbunga-bunga. ihiiir. . .
Awalnya berniat menghubungi Emak Bin untuk menjemput. Pukul 03.40 sudah sampai terminal Patria. Eh duh aah tahunya dia si Calon membalas chatku, ya karena tahu aku pulang jadi naik bus.
[9/1. 03:34]
“Gimana”
“Hehe.. endak apa-apa. Samean kenal karo Mbak Kiki”
“Enggak mas. Aku wes boyong”
“Lhaa iki”
“Wes teko terminal aku”
“Papak ye”
“Aduuuh.. sungkan aku. Tak telepon Emakku ae”
“Piye rapopo. Di enteni ndek mana”
“Samean wani ye😄,” jarakku sembari meledek.
Jujur dredeg jika benar ia menjemputku. Aku berkomitmen sebelum nikah gak kepingin terlalu kelihat mencolok gandengan. Selain belum sah aqdun nikah, juga gak mau membuat ia menanggung dosa.
Tapi hati kecilku kepingin bertemu. Mumpung pulang, mumpung subuh, belum banyak orang. Hatiku bergejolak, ah sudah iya. Selain sebagai ta’aruf, juga melatih dredegku pada perempuan yang kelak menjadi istriku. Mosok iso panggah dredeg, makane dilatih..wkwkwk
“Baruharjo? apa Terminal🤣”
“Baruharjo. Sik sabar ojo kesusu sist
“Nggh siap”
“Lak wes teko Gondang tak kabari”
“Siap mas”
“Sungkan aku. Tenan”
“Kadung macak anget garek budal wkwk”
“Gak usah macak wayahe. Suwun banget loh.
“Nggeh waalaikum salam”
Sampai di Baruharjo, masih tarhim. Aku duduk di gardu —biasanya dipakai orang jaga malam begadang. Sambil gabut membuka gawai.
Hatiku masih gusar, “omongan apa yang aku mulai ketika berhadapan langsung dengan si Calon,” gumamku dalam hati.
Satu dua menitan ada suara motor matic di depanku agak jauh, aku lirik. Masyaallah. Ternyata dia.
Huuuf….. Kikuk, tapi kusembunyikan dengan style ku yang rodok aneh tapi keren. Sepatu hitam didominasi putih, kemeja hitam tanpa di kancingin. Dibalut kaos hitam dan menggunakan topi ala rapper.
Aku atur nafas, sembari mengucapkan basa-basi gak jelas.wkwkwk saking salting gak karuan. Tak gojloki.
“Samean liwat ngendi, wani tibak e”
“Buktine tekan kene mas”
“#_@” hehe
Langsung aku ambil alih, aku di depan, tasku di tengah menjadi pembatas.
Selama perjalanan kurang nyaman, masih speeclesh lagi-lagi. Ya Allah, dia kelak akan menjadi ibunya anak-anak. hiks. . .
Dia bicara tapi gak terlalu kedengaran, karena selain agak jauh juga suaranya terbawa angin subuh. Aku coba “Oalah ngunu” “iyo”.
Tak lewatkan depan rumahnya, aku coba bujuk untuk turun, biar aku jalan kaki yang tinggal 300an meter dari rumah. Sungkan gak enak kalau ketahuan.
Sampai di depan rumah, tampak padhang oleh lampu yang menyala, oh berarti emak sudah bangun.
Pamitan, balik. Aku langsung reflek Matur suwun yak kepadanya.
“Langsung dibukakan pintu dan di tanggap🤣kepo ne makku
Ngretakne calon mantu🤍
Alhamdulillah ndahneo lak marem
Enggeh samean lanjut mas.”
“Aku ta solat juga”
“Ditangkleti mamak
Gek han mau kok salimi?
Enggak. isin aku mak
Tapi pas aku balik tanganku 🙏🏻🙏🏻🙏🏻ngene-ngene. hihi
Menjaga sentuhan wkwk
Sameaan lanjutne mas🤍”
Tanggal cantik, semoga menarik 10.01.22 sudah kita rencanakan malam sebelumnya. Akan hunting cincin, sekaligus mencari fasyen. Buat apa?
Itu yang kita kenakan saat lamaran. Kepingin cari yang simpel-simplean. Rencana budal pagi mruput, karena hari itu hari terakhir di rumah. Harus kembali ke peraduan perantauan untuk ngangsu ilmu, pun juga sangu.
***
Seperti mimpi siang bolong. Bagaimana tidak bangun jam 07.45 telat satu jam janjiku pada Si Manis Sor Pring.
Karena malamnya ada tamu sampai 00.00, tidak malah tidur ketika mereka beranjak pamit pulang. Aku ingin ziarah ke maqbarah Pondok Jajar, sembari berbagi berkat yang masih ada. Baru pukul 02.00 sampai rumah glebak turu.
Karena sudah telat, berdandan ala kadarnya. Dag Dig dug. Apel pertama dengan si Calon, tapi masih mengalahkan roso durung sadarku teko tangi turu
“🤣🤣wait tak ngakak sek mas”
Simanis sor pring dengan semangat menyambut paginya🌻
Agenda pagi brosongi kelengkeng dgn si emak (di abadikan dengan video vlog ala emak)
Si Manis Sor Preng —sebutan unikku kepada si calon, karena memang rumahnya dekat pohon bambu— rodok santai sembari menunggu notif chat dari si mas calon suami😶🌫eakk. Melihat chat WhatsApp centang satu menambah isi hati isine pia pie pia pie.
Kuputuskan tuk menelepon via pulsa ke nomor satunya.
Tuuut. . . Tuuut . . 📞berdering.
Alhamdulillah diangkat.
Rasa bersalahku membuat tak mampu berkata-kata.
Serak-serak gembredegku karena kurang minum kali ya.
Yak budial, setelah mendapat notifnya “Pun Dugi”. Modal pamit dengan emak etan, anak mbarep ini melangkah mantab untuk berangkat membeli cincin.
Macak keren seperti anak muda zaman sekarang biar tidak insecure jalan bareng.wkwkw
Setelah pamitan, malah sebelumnya dibuatkan kopi sak gelas gedhi plus dijagongi Pakdenya yang dari Kecamatan Kampak. Duuuh.. telat iki engko..wkwkw
Berbegas pamit, dan menggunakan motornya bulikku. Grogiku tak sembunyikan dengan sok cool..hehehe
Agak susah sih, mencari cincin yang buat cowok perak atau paladium ke toko perhiasan. Di kidul Pasar Wage Tulungagung berderet toko perhiasan, dari tiga toko, baru satu yang si calon menemukan yang pas. Berwarna putih, atau emas putih.
Dia langsung cekatan, ketika tak tanya.
“Sing pundi”
“Iki pie mas”
Duuuh … Adeeem rasane, dan kayak masih gak sadar. Wkwkw
Ternyata pas, Alhamdulillah. Tingga aku, cari ke sebelahnya khusus Perak dan Palladium, sama sama logam mulia. Tapi tidak ada yang pas dan cocok buat cowok.
Setelah cocok, kita geser ke toko pakaian. Ingin berbelanja pakaian yang cocok, simple tapi masuk. Deretan kidul bundaran alun-alun, tiga lokasi dicari.
Mulai dari toko sederhana hingga ritel moderen disinggahi, Alhamdulillah memboyong beberapa baju untuk berdua. Tidak nyada, di salah satu mall itu ketemu tetangga yang juga sekaligus teman cs si calon.
Haru, malu, sungkan, tapi tetap mencoba menyapa dari jarak jauh. Gak enak kalau disamperin, ia sedang bertugas.
Setelah turun dari lift bergegas ke parkiran, ia mengeluhkan sakit perut sebab pertanda mulai haid.
Aku sebagai cowok ya bingung ya. Kepingin tak ak ndang balik biar istirahat awalnya. Tapi si calon ngode beli obat Paracetamol wa akhowatuha.
“Bentar ya, tak beli wadah cincin sekalian 5 menit”
“He eh mas”
Alhamdulillah lumayan lega, beberapa tujuan bisa terangkut untuk persiapan lamaran.
Mulai perjalanan, hunting cincin, menemani cari baju bukrat. Sholawat “Shollallahu ‘ala Muhammad” dalam hati tanpa putus, juga rasa syukur “Alhamdulillah”.
Sejauh ini melangkah, tak terduga, tak dinyana, Allah Maha Asyik. Sekaligus Maha Cinta mempertemukan dua makhluk untuk saling membangun bahtera rumah tangga.